Blogger templates

Home » » Baju Lebaran Untuk Nenek

Baju Lebaran Untuk Nenek

Written By Unknown on Selasa, 26 Februari 2013 | 15.58



“Nek, ini buat Nenek.” Kataku pada Nenek sambil menyodorkan sesuatu didalam tas plastic warna hitam. “Apa ini Cu ?” Tanya Nenek pelan. “Bukalah Nek! Ini hadiah lebaran biat Nenek” Kataku pelan sambil tersenyum. Nenekpun membuka isi dalam tas plastic. Betapa terharunya Nenek, Cucunya membelikannya setelan baju muslim lengkap dengan kerudungnya. “Cucuku. . .” Panggil Nenek tak kuasa menahan air matanya. “Nenek” Panggilku. Akupun terbangun lali duduk bersila dikasur yang sudah kusut,kusam,dan sobek dimana-mana. Tempatku dan Nenek biasanya tidur. ‘Ternyata Aku hanya bermimpi’ Keluhku dalam hati. Akipun memandangi Nenek yang terlihat sedang asyik memarut singkong untuk membuat Utri,Tiwul,dan Gethuk untuk dijualnya kepasar yang terletak tidak jauh dari rumah. Walaupun badannya tak lagi tegap dan usianya tak lagi muda, Nenek masih bersemangat bekerja demi membiayai kebutuhan ekonomi kami. Sesaat Aku memandang pakaian yang Nenek pakai. Hatiku trenyuh melihat baju nenek yang compang-camping dengan kerudung yang awalnya berwarna putih kini berubah menjadi coklat pudar. ‘Apakah mungkin Aku bisa membelikan nenek baju lebaran? Untuk membiayai sekolahku dan makan saja Nenek mesti bekerja mati-matian berjualan dipasar.’ Kataku dalam hati. “Ana, apa yang Kamu lakukan? Sejak tadi kerjaanmu hanya melamun saja. Ayo bantu Nenek membuat Utri,Tiwul, dan Gethuk!” Perintah Nenek lembut sambil memarut singkong. Akupun tersadar dari lamunan. Akupun mendekat kearah Nenek lalu membantu Nenek memarut singkong. “Ana Ana walaupun liburan sekolah, Kamu jangan malas-malasan. Setelah saur dan sholat subuh lebih baik beraktivitas jangan kembali tidur nanti ndak rejekimu dipatok ayam.” Nasehat Nenek sambil tersenyum. “Iya Nek.” Jawabku singkat. “Nenek perhatikan sejak tadi kamu melamun. Sebenarnya apa yang sedang Kamu pikirkan?” Tanya Nenek perhatian. “Tidak Nek, Ana tidak sedang memikirkan apa-apa “ Jawabku bohong. “Nenek tahu apa yang sedang kamu pikirkan. Kamu masih kecil pasti kamu seperti anak-anak seusiamu lainnya. Saat lebaran Kamu pasti menginginkan baju baru, rumah kita tersedia banyak makanan yang enak. Tapi apa daya Nenek tak punya uang untuk membeli semua itu” Kata Nenek sedih, terlihat kedua matanya berkaca-kaca. “Sudahlah Nek, Ana tak menginginkan semua itu. Ana gak mau baju baru, Ana gak mau makanan-makanan enak. Ana hanya ingin selalu bersama Nenek, karena setelah Ayah dan Ibu meninggal Ana tidak punya siapa-siapa lagi selain Nenek. Jadi Nenek jangan sedih lagi ya.“ Kataku menangis. Aku dan Nenekpun berpelukan, terasa hangat pelukan Nenek. Seorang wanita tua yang sangat menyayangiku. ‘Aku harus bisa beliin Nenek baju baru buat Lebaran bagaimanapun caranya’ tekatku dalam hati. Saat Nenek sudah berangkat kepasar, diam-diam Aku mengikuti beliau. Pikirku mungkin dipasar Aku bisa bisa mencari uang untuk membelikan Nenek baju baru. Akupun duduk-duduk ditrotoar perempatan jalan raya memikirkan apa yang mungkin dapat Aku lakukan untuk mendapatkan uang selai mengamen. Perhatianku tertuju pada seorang penjual koran yang menjajakan koran diperempatan lampu merah. ‘Mungkin Aku bisa jualan koran’ pikirku sambil tersenyum. Akupun mendatangi Bapak penjual koran, setelah Aku menyampaikan maksud dan tujuanku untuk ikutan jualan koran. Akhirnya Bapak itu mengizinkanku ikut jualan koran danmemberikanku 100 koran untuk Aku jualkan. Akupun menawarkan koran dijalan-jalan,dan dari satu bis ke bis lain. Walaupun udara sangat panas, asap kendaraan menyesakkan dada,haus dan lapar tak membuatku berhenti berjualan. Akhirnya koran-korankupun habis, Akupun segera menemui Bapak penjual Koran untuk menyetorkan uang hasil jualan. Karena kejujuran dan semangatku dalamberjualan, Bapak itupun memberiku uang Rp. 10000,- dan mengizinkanku untuk ikut berjualan lagi. Aku senang dan sangat berterima kasih kepada Bapak penjual koran. Kini selama seminggu setelah selesai membantu Nenek membuat Utri, Tiwul,dan Gethuk Aku datang menemui Bapak penjual koran dan menjualkan sebagian korannya. Setelah habis Beliau memberiku bayaran sepadan dengan hasil jualanku. Sampai hari terakhir sebelum lebaran Aku telah berhasl mengumpulkan uang Rp. 68500,-. Akupun segera pergi ke toko dalam pasar membel baju untuk Nenek. Banyak baju muslim yang bagus dan mahal. Dan Aku tertarik baju muslim putih dengan motif bunga-bunga ungu yang indah. “ Bu baju ini harganya berapa?” Tanyaku pada ibu pemilik toko. “Ini Rp. 100000,- komplit dengan kerudungnya” Jelasnya ramah. Akupun terdiam kecewa, “Bagaimana Dek?” “Maaf Bu. Uang saya tak cukup, mungkin lebih baik saya mencari ditempat lain saja.” Kataku bergetar menahan tangis. Akupun beranjak meninggalkan toko itu namun Ibu itu menahanku. “Berapa uangmu Nak?” Tanyanya “Rp.68500,-“ “Baiklah baju ini boleh kamu beli dengan harga sama seperti jumlah uang yang kamu miliki Rp. 68500,-“ Akupun terkejut tak percaya. Aku senang dan berterima kasih kepada ibu pemilik toko. Aku pulang membawa baju baru untuk Nenek yang dimasukkan dalam tas plastik hitam. Aku sampai dirumah saat sudah maghrib dan suara orang bertakbiran mulai sahut menyahut. Aku masuk kedalam rumah, Nenek tersenyum melihatku. “Ana Kamu dari mana saja? Kenapa baru pulang, Nenek cemas memikirkanmu.” Kata Nenek. Aku tak menjawab lalu mendekat kepada Nenek kemudian memberikan tas plastic yang aku bawa sejak tadi kepada Nenek, “ Nek, ini hadiah lebaran buat Nenek”Kataku. Nenekpun membuka dan terkejut sekaligus terharu menerima hadiah baju baru dariku.“Ana, kenapa kamu membelikan baju bagus ini untuk Nenek ?Dan darimana kamu mendapatkan uang untuk membeli semua ini?” “Aku membelikan Nenek baju ini karena Aku sayang sama Nenek. Dan ini hasil dari kerja kerasku beberapa hari ini, Nenek terima kasih atas kasih sayang yang Nenek berikan kepadaku selama ini.” Kataku tersenyum tulus. Mata Nenek berkaca-kaca, Nenekpun memelukku sambil menangis Akupun ikut menangis. Kubiarkan Nenek menangis karna Aku tahu Nenek menangis bukan karena sedih tapi hatinya kini sedang bahagia.(END)

 By : RETNO WULANDARI
 retnowulandari810@yahoo.co.id

4 komentar:

  1. cerita yang mengharukan, memang sudah seharusnya kita sayang pada orang yg menyayangi kita...

    BalasHapus
  2. bersyukurlah anda masih punya Nenek yang menyayangi anda...

    BalasHapus
  3. Terharu banget sm ceritanya.. kita memang harus bersyukur masih banyak orang yg sayang sm kita

    BalasHapus
  4. wah, sip,
    sayang sama nenek, jarang loh sekarang yang kayak gitu,
    semoga berkah ya kak

    BalasHapus

Bagi Anda yang merasa blog nue bermanfaat mari likes dan jadi member :)

Channel Youtube : Kepo Media

Kepo Media. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

About

Like dan Follow Anda Sangat Membantu Blog Ini ^_^

×

Recent Comments

Blogger news