“Nah, untuk malam ini ustadzah akan memberikan sepenggal kisah untuk renungan kita semua…” ujar ustadzah yang ada di depanku, sebuah kisah mengharukan pun mengalir dari bibir mungilnya. Membuatku teringat pada masa laluku yang kelam, kejadian yang mengubah drastis hidup, sifat, dan pandangan hidupku...“Dek…. Ayo sholat dulu, sudah waktunya sholat ashar lho.” Ujar wanita paruh baya di depan kamar Nami. Namun tak terdengar sepatah katapun dari kamar Nami. “Nami… ayo sholat! Dosa lho nggak sholat kamu ini kan sudah SMA, sudah besar harusnya kalau sholat nggak usah disuruh sama mama! Ayo cepat!” ujar mama Nami sedikit memaksa. “Iya iya ma.” Nami menjawab dengan sedikit menggerutu. Nami berjalan dengan lesu menuju tempat berwudhu kemudian setelah berwudhu dia masuk ke kamar dan menutup pintu kamarnya. Dia tidak melaksanakan sholat tetapi malah mainan handphone kesayangannya. Beberapa menit berlalu, Nami keluar dari kamar. “Sudah dek sholatnya?” Tanya mama Nami. “Udah ma.” Kata Nami berbohong. “Yasudah sana belajar, besok kan hari pertamamu masuk SMA.” Perintah mama Nami. “Iya ma”. Oh tidak besok hari senin ? monsterday! Aku benci senin, kau tahu tidak ? senin adalah hari yang paling tidak aku sukai dalam hidupku. Alasannya ? ada 1 pelajaran disekolah yang tidak aku sukai dan bahkan gurunya pun membuat aku semakin tidak suka. Benar-benar sangat membosankan. Ingin rasanya bisa men-skip hari senin.Tepat jam 15.15 aku tiba dirumah sepulang sekolah. Tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Ting tong ting tong. “iya sebentar.” Teriakku dari ruang tamu. Aku menuju pintu rumahku dan ku buka pintu rumahku. Disana sudah berdiri avilla, entah apa tujuannya datang kerumahku. “ Assalamualaikum Nami..” ucap villa dengan lembut. Villa adalah salah satu temanku yang sangat alim. Dia taat beribadah, rajin mengaji, dan orang yang tekun. Agamanya benar-benar kuat. “Waalaikumsalam vil, ada apa vil? Tanyaku penasaran. “Kamu ada acara tidak ? kalo tidak ayo kita ke musholla ikut pengajian.” “Ah nggak kok vil, tapi vil….” Ucapku sedikit menggantung. Sebenarnya aku malas sekali dengan ajakan villa. Pengajian bagiku membosankan. “tapi kenapa nam ? ayolah nam , dibulan puasa ini kita harus banyak nambah pahala nam” dan bla bla bla villa mulai ceramah. Karena aku males mendengarkan ceramahnya, langsung saja ku iyakan ajakannya. “ Tunggu bentar ya vil, aku ganti baju dulu.” Langsung saja aku menuju kamarku. Dan mengganti pakaianku. “Yuk vil.” Ajakku . villa memandangku dengan aneh. Aku merasa sedikit risih dengan tatapan villa. “Kenapa sih vil? Kok ngeliatnya gitu banget ? ada yang aneh sama aku?” tanyaku sedikit bingung. “Kok kamu pakaiannya gitu sih ? itu terlalu ketat, nggak boleh pakai baju yang kaya gitu. Itu lagi jilbabnya di lipet-lipet nggak jelas. Lekuk tubuhmu kan jadi keliatan banget Nam. Itu sama aja kamu berpakaian tapi telanjang” “Ya ampun aku kira apa, udah sih vil, ini tuh namanya trend.” “Tapi Nam..” belum selesai Villa menyanggah kata-kata Nami, Nami langsung menarik tangan villa dan berkata “Aduh temenku yang udah mirip banget ustadzah stop ya cermahannya, pusing nih. Yuk berangkat ke musholla. Males deh kalo harus dengerin 2 ceramah, dari kamu dan ntar pas pengajian. Mending cukup 1 aja deh ceramah yang didengerin.” Setibanya di masjid, tenyata pengajiannya sudah di mulai. Ustadzah sudah menuturkan beberapa ceramahnya .“Ya anak jaman sekarang memang berbeda dengan anak jaman dahulu. Dengan berkembang pesatnya teknologi mereka bisa melakukan apa saja yang mereka mau. Semakin banyak orang yang mengaku islam, tapi sayang Cuma sekedar islam ktp. Dunia mode yang semakin berkembang juga berpengaruh, nah buat temen-temen semua kalau memilih pakaian yang bener. Jangan yang ketat , pokoknya nggak usah neko-neko yang natural aja. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a , Ia berkata : Rasullullah SAW telah bersabda “Ada 2 golongan penghuni neraka yang belum aku lihat : (1) orang yang membawa cemeti bagai ekor sapi yang mereka makan untuk memukul orang lain (2). Para wanita yang berpakaian tapi auratnya terlihat (ketat,mini,tembus pandang atau menampakkan bentuk tubuh) yang memikat hati pria dan berjalan lenggak-lenggok (suka merayu), rambut mereka dibuat seperti punuk onta yang melenggak-lenggok. Mereka tidak dapat masuk surga dan mereka tidak dapat mencium bau surga, padahal bau surga itu bisa tercium dari jarak yang sangat jauh (H.R Muslim no 1388 bab 47). Percuma bergaya kalau akhirnya melanggar syari’ah islam. Saya rasa cukup sekian pengajian hari ini, insyaallah kita lanjutkan besok lagi. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu. “Tuh Nam, dengerin tuh kata ustadzah.” “udah deh vil, kamu tuh nggak tau trend sih, makanya gitu.” Ujar Nami kesal. Langsung saja Nami meninggalkan Villa begitu saja. “Eh Nam.. mau kemana sih ?” Tau deh, aku pulang ya daaah.” Nami berjalan sedikit cepat menuju rumahnya. “Nami.. nami.. di kasih tau kok malah marah. Kebiasaan deh nggak dengerin omongan orang.” Ucap villa dengan senyum simpul dibibirnya.“Hah.. benar-benar hari yang melelahkan.” Ujar Nami lalu berbaring di kasur empuknya. Ddrrt..ddrrt..ddrrt.. ponsel Nami bergetar, kemudian Nami mengambil ponselnya dan membuka 1 pesan yang masuk. “Nami main yuk.. aku kenalin sama cowok ganteng deh.” Ya begitulah kira-kira isi pesan masuk di ponsel Nami. “Oke ketemu AW Mall metropolitan.” Dengan cepat Nami membalas isi sms Lala. Tanpa pikir panjang Nami mengganti pakaiannya dan menghampiri kedua orang tuanya. “Mah.. pah.. Nami belajar kelompok dirumah Lala.” “kalo udah cepetan pulang nggak usah main kemana-mana.” Ujar papah Nami. “Iya pah.” Nami pun langsung menuju Mall Metropolitan. Setibanya disana ia langsung menuju AW . “Nami..” panggil Lala dari jauh. “Hai La..” tangan Nami menjabat tangan Lala sambil melalukan cipika-cipiki. “Oh iya , Nami, kenalin ini Axone, dia anak shs 1 klaten juga, kelas X K.” “Axone.” Tangan Xone menjabat tangan Nami. “Nami.” Seketika itu juga Nami dan Axone saling berpandang-pandangan. “Udah dong yang saling memandang. . haha” goda Nami. Beberapa bulan setelah Nami jadian dengan Axone. Ternyata Axone malah membawa pengaruh buruk untuk Nami. Nami jadi sering lupa sholat, kerjaannya cuma mainan handphone, lebih sering membantah perintah orang tua. Hari ini adalah tanggal 29 juni 2010, tepat 2 bulan aku dan Axone jadian. Axone mengajakku ke sebuah tempat yang masih dirahasiakannya. Tapi, ada sesuatu yang aku bingung. Bagaimana caraku keluar dari rumah ? sedangkan aku nggak boleh keluar rumah kalo udah maghrib. Ya beginilah keluargaku. “Nami, sudah belajar ?” mama menghampiriku ke meja belajar. “udah ma, baru aja selesai.” “yaudah kalau gitu Nami tidur aja, istirahat. Biar besok badannya seger lagi.” “iya ma”. Mama mematikan lampu kamarku dan menyelimutiku dengan selimut biru ku. “Jangan lupa berdoa sayang, Good Night, have a nice dream baby.” “You too mom.”. mama menutup pintu kamarku. 30 menit berlalu. Aku menghidupkan lampu kamarku dan kemudian aku mengganti pakaianku. “Pokoknya aku harus bisa keluar dari rumah..” kata Nami pelan. Setelah Nami berpakaian rapi, dia membuka jendela kamarnya dan pergi lewat jendela itu. Ternyata Axone sudah menunggu di depan rumah Nami. “Axone..” panggil Nami pelan. “Hai.. akhirnya bisa keluar rumah juga..” “hahaha.. iya dong, demi kamu kok.” Ujar nami tersenyum. Axone dan Nami tiba disuatu tempat dan mereka mulai makan malam. Malam itu bagi Nami malam yang sangat indah. “Nami..” ucap Axone. “Iya? Kenapa ?” jawab Nami dengan memegang tangan Axone. “Kamu lebih cantik kalau nggak pakai jilbab loh.” “Ah masa?” “iya Nami, serius.” “yah kalau pun mau lepas jilbab juga nggak akan bisa kok.” “loh ? kenapa?” “mana mau mama papaku mengijinkan aku melepas jilbabku, keluarga ku taat pada agama.” “Yah begitu ya, padahal beneran loh kamu lebih cantik kalau nggak pakai jilbab.” Perkataan Axone membuat Nami berpikir, rasanya ingin sekali dia melepas jilbabnya. Kemudian 1 jam setelah itu Nami dan Axone pulang. Setibanya di depan rumah Nami, nami langsung turun dari motor axone. “Good night baby, hati-hati dijalan.” Nami memeluk axone. “Good night too sweetie.” Kata Axone. Axone mulai mengendarai motor ninja hijaunya. Semakin lama semakin cepat motor itu melaju. Ketika motor itu sudah tidak tampak lagi, Nami memasuki rumahnya. Kemudian menuju kamar dengan memasuki jendela. Nami segera mengganti pakaiannya dan kembali tidur.Nami.. ayo sahur sayang. Bangun, keburu imsak”. Ujar mama Nami. “Iya ma, sebentar. Aku cuci muka dulu.” Setelah mencuci mukanya Nami menuju ruang makan dan kemudian melakukan sahur bersama keluarganya. Setelah selesai makan, Nami kembali tidur lagi. Suara adzan subuh berkumandang, mama Nami mencoba membangunkan Nami, tetapi Nami tidak juga bangun. Hingga pukul 06.00 tepat Nami bangun dan segera mandi. Setelah berpakaian rapid an peralatan sekolahnya sudah siap Nami berangkat sekolah. “Mah.. pah.. Nami berangkat ya, daaah.” Ucap Nami lesu. “Nami….” Ucap papa. “ iya pah iya.” Nami menghampiri papa dan mamanya dan mecium kedua tangan papa dan mamanya lalu berkata “Assalamualaikum.” “walaikumsalam” jawab papa dan mama Nami serentak. Sepulang sekolah Nami langsung membuka laptop kesayangannya. Dia mulai mengaktifkan akses internet dan membuka salah satu social network yaitu facebook. Nami sangat menyukai dunia fotografi. Namun sayang di album foto facebooknya banyak sekali foto-foto Nami yang tidak menggunakan jilbab. Bahkan di dalam foto itu Nami mengenakan pakaian yang mini dan ketat. “Paling suka sama profile picture aku yang ini, keliatan unyu. Udah gitu rambut kalau abis dari salon emang keren, hahaha.” Kata Nami memuji dirinya sendiri. Ddrrtt..ddrrtt.. Handphone Nami bergetar. Siapa nih yang sms aku, batin Nami. Nami pun segera mengambil handphonenya. Ternyata pesan masuk dari Axone. Nami begitu terlihat senang saat membaca sms dari Axone. Dengan segera ia mengganti pakainnya. Ia mengenakan jilbab ungu, jaket ungu dan celana jeans.“Mamaaaaa… Papaaa… Nami pergi pengajian dulu yah”, kata Nami berbohong. “Loh non, non lupa? Kan mama papa masih dikantor non”. Mama dan papa Nami sangat sibuk sekali. Mereka jarang dirumah, kadang dirumah hanya 1 kali dalam 1 minggu. Dan mereka juga selalu pulang malam.“Axone…” “Eh hai princess” Anxone menyambut Nami. “Mau kemana kita?” “Dinner aja yuk di McD” “Boleh deh, silahkan naik tuan putri”. Lalu Axone mulai menghidupkan motornya. “Nami…” teriak seseorang dari belakang. Nami dan Axone pun menoleh kebelakang. “Villa? Kenapa?” “Kamu nggak ikut Nuzulul Qur’an?” “Ah nggak ah, aku mau pergi sama Axone aja deh” “Loh kamu ini bulan puasa malah pacaran terus”, Villa menasehati Nami. Tapi Nami tidak sedikitpun menggubris perkataan Villa. Nami bahkan menyuruh Axone untuk mengendarai motornya dan segera meninggalkan Villa. Dan akhirnya mereka tiba di McD . “Xone.. aku ke kamar mandi dulu ya”, kata Nami yang kemudian meninggalkan Axone menuju kamar mandi. Di kamar mandi Nami melepas jilbabnya hingga rambut panjangnya terurai. Kemudian Nami melepas jaketnya. Nami hanya menggunakan pakaian yang sangat ketat dan sexy. “Cantik juga kalau nggak pakai jilbab gini”, kata Nami sambil berkaca di kaca kamar mandi. Nami keluar dari kamar mandi dan menghampiri Axone.Axone tampak terkejut dengan penampilan Nami. Axone menatap Nami dari bawah hingga keatas. “Kamu kenapa? Ada yang salah sama aku?” Tanya Nami risau. “Ah nggak.. kamu lebih cantik dari biasanya, em udah gitu sexy lagi, hehehe”. Nami tersepu malu dengan ucapan Axone. “Yaudah sini princess duduk, kita makan dulu”. Nami pun duduk dan keduanya mulai menyantap makanan yang ada dimeja.Tepat jam 9 malam Axone melaju kencang menuju rumah Nami. Namun dari arah berlawanan sebuah truk melaju dengan kencang dan gerakannya tak terkendali hingga akhirnya menabrak motor Nami dan Axone. Axone berlumuran darah sedangkan Nami terpental hingga dibawah pohon. Motor Axone pun hancur. Seketika itu juga pengendara truk yang ngantuk itu melarikan diri dan meninggalkan Nami serta Axone begitu saja. Beberapa warga sekitar mulai berdatangan dan menolong keduanya.Keduanya dibawa ke rumah sakit terdekat. Setibanya dirumah sakit, dengan sigap beberapa perawat dan dokter melakukan tindakan medis untuk Axone dan Nami. Beberapa jam setelah itu Axone dinyatakan telah meninggal dunia oleh dokter. Sedangkan Nami masih terbaring lemas di ruang ICU. Kedua orang tua Nami tiba dirumah sakit. Mereka sangat panik sekali. “Dok, bagaimana keadaan anak kami?” “Saat ini Nami sedang koma pak.. bu”, kata dokter tertunduk sedih. “Astaughfirullah pah.. Nami.. masyaallah.. gimana dong pah?” kata Mama Nami kalut. “Sudah mah, tenang dulu. Kita serahkan sama Allah dan dokter, mudah-mudahan Nami nggak kenapa-kenapa dan cepat siuman”, kata papa Nami menenangkan Mama Nami sambil memeluk mama Nami. “tapi tenang saja, kami akan melakukan yang terbaik untuk anak bapak dan ibu”, kata dokter menenangkan. “Terimakasih dok, terimakasih”, ucap papa Nami. Mama Nami semakin menangis histeris. Ia sangat khawatir dengan keadaan Nami. Di dalam sana , Nami sedang merasakan sesuatu yang berbeda, berbeda dari biasanya…“Aku dimana ini ? sepi sekali. Mama ? Papa? Aku dimanaaa. Ku coba hirup udara sekitar, aku semakin merasakan ketenangan yang abadi. “Nami.” Panggil seseorang dari belakang. “Ka..ka..Kakek.” Nami terkejut sekali dengan kehadiran kakeknya yang sudah meninggal. Nami tampak terlihat bingung dengan keadaan ini. “Nami dimana kek ? Nami takut sekali”. “Jangan takut Nami, kamu ada disuatu tempat yang indah, aman, nyaman, dan tentram”. Hah ? apa maksudnya ini ? aku tak mengerti sama sekali. Tapi disini aku merasakan sebuah ketenangan. Aku merasa nyaman dan aku ingin sekali tinggal disini. “Kek, bolehkan Nami tinggal disini?” Tanya Nami kepada kakeknya. “Nami.. liat kesana..” ucap kakek Nami menunjuk kedua orang tua Nami yang ada diseberang sana. Aku berfikir sejenak, aku ingin sekali tinggal ditempat ini, tapi bagaimana dengan kedua orang tuaku ? Pasti mereka akan sangat sedih dan merasakan kehilangan karena aku satu-satunya permata yang mereka miliki. “Nami, kembalilah kepada orang tuamu. Apa kamu nggak kasihan dengan kedua orang tua mu ? lihatlah mereka tampak sedih sekali, mereka ingin kamu kembali. Inget satu pesan kakek, jadi anak yang baik ya, jangan macem-macem. Kamu harus rajin sholat dan ubah perilaku buruk kamu”. “Jangan melakukan suatu hal yang membuat dosa, kamu ini sudah besar Nami. Harusnya kamu sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dilakukan dan mana yang nggak boleh dilakukan. Jangan sekali-kali kamu membiarkan auratmu terbuka.” “Tapi kek .. kakek gimana ?” “Biarkan kakek disini, kakek sudah nyaman dengan keadaan kakek ini.” Nami memeluk kakeknya dan kemudian berjalan menuju kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya menggandeng tangan Nami. Dan beberapa saat kemudian Nami merasakan sangat silau karena ada cahaya yang terang sekali. Dan setelah itu Nami pun tersadar dari komanya.Sedikit demi sedikit mana Nami mulai terbuka, tangan Namipun bergerak. “Alhamdulilah Nami kamu sudah siuman”, ucap Papa Nami. “Mama khawatir sekali sayang”, kata Mama Nami sambil memeluk Nami. “Mama, tadi Nami ketemu kakek, kakek nyuruh Nami pulang, padahal disana enak ma tempatnya”, ucap Nami pelan sekali. “Astaughfirullah.. udah sayang jangan tinggalin mama dan papa”, kata Mama Nami terkejut. “Nggak kok pah, mah. Ini buktinya Nami bangun buat mama sama papa”, ucap Nami. Begitu Nami sadar, ia teringat kejadian kemarin malam. Nami mencoba merenungi semua yang telah terjadi. Aku masih hidup, yah aku benar-benar hidup, alhamdulilah. Terimakasih ya Allah . kejadian kemarin malam membuatku sadar bahwa Engkau masih sayang kepadaku. Engkau telah memberikanku peringatan melalui peristiwa ini. “Maa..” panggil Nami lirih. “Ada apa Nami?” “A..Ax..Axone?” ucap Nami terbata-bata. “Axone? Hm.. dia sudah.. sudah tidur dengan tenang”, kata mama Nami sedih. “Maksud mama Axone meninggal ?” Mama Nami hanya mengangguk-angguk. Begitu melihat ekspresi mamanya , Nami Mulai meneteskan air mata. “Sabar ya sayang”. Semoga kamu tenang disana , Axone, Batin Nami.2 minggu kemudian Nami keluar dari rumah sakit. Peristiwa yang ia alami membuat perilakunya berubah. Benar-benar berubah 180 derajat. Hari ini hari baru untukku. Aku mulai membuka lembaran baru dan aku berjanji tidak akan melepas jilbabku lagi. Aku juga menyadari bahwa jilbab itu bukan aksesoris semata. Aku juga menghapus semua foto facebook ku yang tidak mengenakan jilbab. Profile picture ku pun sudah aku ganti dengan foto yang mengenakan jilbab. Pakaianku juga sudah tidak seperti dulu lagi, yang selalu ketat. Aku mulai “menjilbabi” hatiku. Yah memang peristiwa itu benar-benar merubahku. Allah masih sayang kepadaku sehingga aku masih dibiarkan hidup dan memperbaiki kesalahanku. Dan aku pun tak akan menyia-nyiakan kesempatanku ini. Kesempatan ini nggak akan bisa datang untuk kedua kalinya, dan aku harus benar-benar pintar memanfaatkannya. “Nami, kok melamun sih? Kamu nggak mau ambil snack ?” Tanya ustadzah yang membuyarkan lamunanku. “Eh ustadzah hehe, iya ustadzah ini mau ambil. Emm, ustadzah malam nuzulul qur;an kali ini terasa berbeda dari tahun lalu”, kata Nami. “Iya Nami, alhamdulilah yah sekarang kamu sudah berubah”, kata ustadzah. “Iya ustadzah Nami bersyukur sekali masih bisa hidup dan memperbaiki kesalahan Nami.” “Nami, ustadzah senang kamu udah balik lagi kayak dulu, bahkan kamu lebih baik dari biasanya. Perubahan sikapmu ini benar-benar luar biasa”, kata ustadzah. “Nami, nanti kan ada pembacaan ayat suci Al-Qur’an setelah acara makan-makan snack ini, boleh nggak ustadzah minta kamu aja yang maju Qiro’ah ?” Tanya ustadzah kepada Nami. “Apa? Aku ustadzah? Wah aku nggak akan bisa ustadzah. Kenapa nggak villa aja? Kan villa ngajinya lebih baik dari aku.” “wah jangan merendah gitu dong Nam, nggak ada salah nya kan mecoba. Ustdzah percaya kok Nami bisa, percaya banget.” Melihat ustdzah yang menaruh keyakinan penuh kepadaku, aku langsung mempunyai rasa percaya diri bahwa aku bisa melalukan ini. Kebetulan kedua orang tuaku juga menghadiri acara Nuzulul Quran ini, dan pasti mereka akan bangga kepadaku. “Hm.. baiklah ustadzah, Nami akan mecobanya, terimakasih ustdzah sudah mempercayai Nami”. Ucap Nami penuh senyum. Setalah semua orang yang hadir diacara ini selesai menghabiskan snacknya, tiba saatnya untuk acara pembacaan ayat suci Al-Qur’an. “Acara selanjutnya, Pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Nami”. Jantungku berdegup kecang saat sang MC memanggil namaku, dengan segera aku menaiki panggung dan melantukan ayat suci Al-Quran. “ Qul huallahhu , Katalanlah (Muhammad), “Dialah Allah yang Maha Esa. Allahussamad, Allah tempat meminta segala sesuatu. Lam yalid walam yulad, (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Wa lam yakul lahu kufuwan ahad, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan dia”. Setelah selesai membaca Ayat suci Al-qur’an ini aku melihat kearah kedua orang tuaku, aku merasakan sebuah senyuman kebanggaan yang membuatku merinding. Keesokan harinya aku mengajak papa dan mamaku mengunjungi sebuah panti asuhan. Jam 10 pagi kami sudah siap berangkat menuju panti asuhan itu. Tapi sebelumnya aku dan mamaku pergi ke supermarket untuk membeli beberapa kebutuhan sembako yang akan disumbangkan kepada panti asuhan itu. Tak selang berapa lama aku dan papa mama ku tiba di anti asuhan itu, terlihat banyak anak-anak sedang bermain dengan gembiranya. Kami pun menuju kedalam dengan membawa beberapa sembako. Papaku menemui ibu panti asuhan dan menyerahkan sembako itu. Disana aku bermain dengan anak-anak panti asuhan. Kami belajar bersama, bermain, menari, mai gitar, dan banyak hal lagi yang kami lakukan. Sorenya aku berinisiatif mengajak villa ke makam Axone. Yah , aku ingin medoakannya. Sayang sekali Axone belum bisa memperbaiki kelakuannya, semoga dengan aku mendoakannya Allah bisa mengurangi sedikit balasan untuknya atas perbuatannya. aku keluar dengan motor vario biruku menuju rumah Villa, sebelumnya Villa tidak tahu kalau aku ingin mengajakknya kemakam Axone. Yah mudah-mudahan aja villa dirumah. Dari jauh sudah kelihatan rumah besar yang bercat ungu, itu lah rumah villa. Aku memarkirkan motorku di depan rumah villa. “Assalamualaikum.. villa..” ucapku agak keras. “Waalaikumsalam, sebentar ya aku buka pintunya” terdengar suara langka kaki menuju pintu dan ternyata yang membuka pintu adalah villa sendiri. “Nami ? ada apa? Kok tumben nggak sms dulu” Tanya Villa penasaran. “Eh nggak kok vil, aku Cuma mau ngajak kamu ke makam Axone. Aku mau doain dia”, ujar Nami mengutarakan maksudnya. “oh sebentar ya aku ganti baju dulu, kamu tunggu dulu, duduk dulu deh”, kata villa. “Iya deh, sana buruan ganti baju”. 10 menit kemudian villa keluar dengan pakaian rapi, aku dan villa menuju makan Axone. Disana aku membacakan doa-doa untuk Axone, selesai dari makam aku mengantarkan villa pulang dan kembali kerumah. Setibanya dirumah kedua orang tuaku sedang duduk berdua diruang tamu. “Nami sayang” kata mama memanggilku. “iya ma? Ada apa?” Tanya ku penasaran. “Duduk sini deh sayang, mama sama papa mau ngomong”. Aku segera duduk di sofa. “Mama sama papa berniat mengajak kamu naik haji sayang”, kata mama dengan bahagia. “Alhamdulilah , Nami mau mah pa”, kata Nami dengan semangat. “Sebenarnya kami sudah daftar dari lama, namun baru bisa sekarang karena baru ada kesempatan sekarang, 3 bulan lagi kita berangkat kesana ya sayang”, ucap mamaku. Ini benar-benar kabar bahagia untukku, aku merasakan kesenangan yang luar biasa. Sebelum aku dan mama papa ku berangkat haji, aku mengajak mereka berdua utnuk membuat sekolah gratis untuk anak-anak yang tidak mampu. Papa ku dan 5 orang temannya donator dari sekolah gratis itu. Pekerjaan pembangunan sekolah gratis itupun dimulai, hingga berdirilah sebuah bangunan yang kokoh yang kira-kira muat untuk belajar. Setiap sore aku mengumpulkan anak-anak jalanan yang tidak bisa sekolah karena masalah biaya untuk bersekolah disekolah gratis ini. Kadang aku mengajak villa untuk datang perkampungan kumuh yang sekiranya banyak anak-anak yang bisa mengikuti sekolah gratis. Murid disekolah gratis ini pun semakin hari semakin bertambah banyak. Dan sukarelawan pengajar juga semakin banyak. Aku benar-benar senang karena aku bisa membantu banyak orang. Hingga akhirnya 3 bulan pun berlalu, tiba saatnya aku untuk pergi haji dengan kedua orang tuaku, aku merasakan waktu berjalan semakin cepat, karena baru rasanya kemarin mama dan papa memberitahuku tapi kini aku sudah berada di tanah suci. Di tanah Suci Nami dan mama papanya sedang berbelanja oleh-oleh untuk keluarganya yang ada dirumah. Namun Nami melihat seseorang pengemis tua yang ditendang oleh si pemilik toko karena si pengemis itu meminta-minta kepada pemilik toko itu. Nami yang tidak tega langsung menghampiri pengemis itu dan memberinya sedikit uang serta makanan. Hari ini Nami dan mama papanya mengelilingi Hajar Aswad, kebetulan ketiganya bisa mencium hajar Aswad itu, Lama sekali Nami mencium hajar aswad itu , hingga Nami pun jatuh tergeletak. Beberapa petugas disana yang melihat itu langsung membawa Nami kerumah sakit. Mama dan papa Nami yang panik itupun mengikuti beberapa petugas yang menyelamatkan Nami. Nami sudah dipindahkan disebuah ruangan perawatan. “Mama… Papa.. Maafin kesalahan Nami yah pah.. mah.. Nami sayang sekali dengan papa dan mama. Maafin Nami kalau seandainya Nami belum bisa bahagiain mama sama papa. Tugas Nami udah selesai mah..pah.. Nami udah lelah, Nami pengen istirahat aja, Nami pengen bobok pah.. mah.. maafin Nami pah..mah.. Nami sayang papa mama”. Setelah mengucapkan kata-kata itu mata Nami pun tertutup, senyuman yang lebar dari bibirnya, bau wangi yang tercium dari tubuh Nami, wajah Nami terlihat begitu damai dan 3 jam setelah itu Nami dinyatakan meninggal, jasadnya dikuburkan di mekkah. Kedua orang tua Nami telah merelakan kepergian Nami untuk selama-lamanya.
By : angelia esa kalingga
angel12762@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar
Bagi Anda yang merasa blog nue bermanfaat mari likes dan jadi member :)